Selasa, 11 Oktober 2011

Rumah Berani Masuk Angin

Desain kami yang satu ini berhasil masuk nominasi 18 besar dan diterbitkan Seri Rumah Ide dalam 31 Desain Terbaik Dalam Hasil Lomba Desain Rumah Mungil Hijau + Konsep Perancangan.
Rumah Berani Masuk Angin (arsitek: Ricky & Azhari)

Pemanfaatan lahan secara maksimal pastinya ingin dilakukan setiap pemilik lahan. Namun, memanasnya iklim global saat ini menuntut setiap orang untuk lebih menghargai alam. Rumah Berani Masuk Angin merupakan kombinasi pemanfaatan alam yang memihak pada lingkungan dengan perbandingan KDB 40:60. Konsep hijau diterapkan secara penuh pada penataan lansekap dan tata ruang. Masuk Angin menunjukkan bahwa rumah ini tidak memerlukan penghawaan buatan karena aliran udara bebas keluar dan masuk dengan leluasa.

Efektifitas Bebas Pada Ruang Terbatas

Dengan keterbatasan lahan, arsitek merancang hunian dengan komposisi ruang seefisien mungkin. Desain yang terbuka memberi rasa bebas dan pandangan tidak terbatas sehingga ruangan berukuran 2 x 4 meter pun terasa luas. Mungil memang berarti kecil, namun dengan pemanfaatan ruang tanpa sekat, rumah mungil tidak harus sumpek dan sempit. Furniture pun dibuat efektif untuk menyiasati ruang yang tidak terlalu luas.

Konsep massa diawali dengan komposisi ruang yang memasukkan pusaran angin ke tengah bangunan. Diharapkan dengan memberikan lubang sirkulasi di tengah bangunan dapat memasukkan penghawaan dan pencahayaan sebanyak-banyaknya. Dengan demikian, prinsip reduce berhasil diaplikasikan karena mengurangi pemakaian pencahayaan dan penghawaan buatan. Rumah hijau ini juga menerapkan penghematan energi aktif, menggunakan teknologi panel surya, mengolah air limbah, dan memanfaatkan biogas dari penguraian septic tank.

Tampilan Monumental Rumah Mungil Hijau

Tampilan fasade berusaha menonjolkan karakteristik material dengan jujur. Sebuah bidang besar sebagai secondary skin mendominasi tampak hunian sehingga terkesan monumental. secondary skin ini disusun dari bilah-bilah kayu yang disusun vertikal setinggi bangunan yang berguna sebagai pelindung panas dan visual. Bagian dalam kulit bangunan berupa jajaran kaca nako yang dimodifikasi sehingga dapat diputar dari segala arah.

Elemen beton yang lebih berat justru menjadi aksen pada tampilan rumah sehingga memberi variasi tekstur dan warna. Beton dibiarkan natural dan alami tanpa finishing. Hunian meski berkesan monumental, namun tetap terkesan ringan dan trnsparan di saat yang bersamaan.



catatan: artikel ini dibuat dan diterbitkan oleh seri rumah ide (imelda akmal architecture writer) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar